Sepasang sahabat, Tara
dan Cipta hanya dapat mengenal kata
setia disepanjang hidupnya. Hubungan sahabat ini telah terjalin semenjak mereka
lulus SD. Apapun mereka lakukan seperti sepasang kakak adik. Bagaimana tidak,
sampai sekarang pun mereka sudah menginjak kelas 3 SMA masih berdekatan satu
sama lain.
Tara adalah orang yang
taat akan ibadah. Ia rajin akan pekerjaannya itu, sholat, mengaji serta
mendalami peragamaan adalah kesehariannya. Walaupun Cipta sedikit membangkang
disbanding Tara, tapi keduanya bisa saling mengisi waktu satu sama lain. Tidak
ada kesetiaan sahabat yang dimiliki orang lain kecuali mereka ibaratnya.
Kesetiakawanan mereka selalu ditampilkan didepan orang meski
itu hanya hal kecil saja. Contohnya, ketika Tara dan Cipta beserta teman
sekolahnya ke suatu mall ternama di Jakarta. Tak segannya Tara menunggu Cipta
yang mengikat sepatu diluar mall yang mana ketika teman temannya sudah masuk ke
dalam mall dan menikmati suasana. Tara tetap menunggu Cipta yang kesusahan
mengikat tali sepatu, dan ia pun tak segan membantunya.
Semua berjalan
semestinya, sampai suatu saat mereka jatuh cinta pada satu orang yang sama.
Pada saat itu Tara yang lebih dulu jatuh
cinta pada seorang perempuan bernama Tia. Tara mulai berprilaku aneh terhadap
Cipta. Seperti jarang bermain lagi
dengan Cipta sampai sampai menghilang ketika Cipta butuhkan karena terlalu
intensif dengan Tia.
Dibelakang kejadian
itu, Cipta menyimpan rasa yang sama seperti Tara terhadap gadis itu. Maklum
sudah sejak lama Cipta mengincar Tia, sejak 1 SMP. Setelah Cipta menyelidiki,
ia tidak mendapat apa apa, yang ia tau hanyalah Tara yang sibuk akan belajar
menjelang ujian kelas 3 SMA.
Sampai suatu saat Tara
menyapa Cipta di suatu jejaring social. Cipta pun membalas sapaan Tara dan
mereka mulai berbincang bincang setelah hampir beberapa pekan tidak bertemu.
Setelah menanyakan kabar dan kondisi masing masing, Tara mulai bercerita kepada
Cipta.
Karena cerita jika
ditulis akan memakan waktu, Tara pun memintanya untuk melepon. Ditelponlah Tara
dan se-segera mungkin menanyakan masalah. Tara bercerita bahwa ia sudah jadian
dengan Tia semenjak seminggu yang lalu. Cipta terkejut dan tidak menyangka
bahwa sahabatnya mencuri wanita yang ia damba dambakannya.
Tara meminta Cipta
untuk tidak memberi tahu siapapun, kalau tidak Cipta akan diancam untuk dipukul
oleh Tara. Cipta kembali terkejut dengan sikap sahabatnya yang seperti itu.
Akhirnya Cipta pun naik pitam. Dan berkata kepada Tara kalau ia akan memukulnya
terlebih dahulu dan langsung menutup telepon yang sedang tersambung.
Disaat itulah Tara
berpikir kenapa sebenarnya dengan Cipta dan Tia. Tapi ia tidak peka dan
membiarkan masalah apa adanya serta tidak mau berniat untuk menyelesaikannya.
Sementara itu dengan akta lain, disini Tara sudah tidak memikirkan perasaan Cipta
lagi.
Secara logikanya,
seseorang yang telah disakiti orang lain pasti akan merasa tidak nyaman dengan
orang yang menyakitinya. Tidak begitu dengan Cipta, walaupun ia disakiti dan
mempunyai sikap membangkang tapi Cipta tidak merasakan hal yang mengganggu
terhadap dirinya. Walaupun memang terlihat sangat tidak logis.
Alhasil Cipta pun
bersikap normal, walaupun ia merasa dirinya sungguh hancur tapi ia mencoba
bertampil apa adanya saja. Selang dua minggu, Cipta bertemu dengan Tara yang
sedang berjalan jalan dengan Tia. Tara dan Cipta hanya bertegur sapa saja tidak
berbincang bincang hal lain. Tetapi dipertemuan yang singkat itu, ternyata Cipta
melihat bahwa Tara tidak memakai gelang persahabatannya yang mereka janjikan untuk
tidak melepasnya sampai kapan pun.
Mulai lah disana Cipta
menjadi Gerang, sikap emosinya pun muncul, tapi apa yang Cipta lakukan?.
Walaupun Cipta sudah tidak dianggap lagi oleh sahabtanya dan merasa emosi yang
sangat luar biasa, Cipta tidak menyakiti sahabatnya sedikitpun. Dia hanya
melempar senyum dan candaan normal ke mantan sahabatnya seperti itu.
Setelah sampai dirumah,
Cipta hanya tertunduk lesu,. Dan memikirkan bahwa ini yang artinya sahabat??
Apa ini yang namanya kesetiakawanan?? Mulai saat itu Tara pun tidak pernah
menengok Cipta ataupun menegur sapanya sekalipun ia berpaspasan dengan Cipta.
Tapi di hati kecil Cipta, ia tetap menganggap Tara sahabatnya, sampai kapanpun…
0 komentar:
Posting Komentar